Klasifikasi cedera kepala pdf




















Berikan pelembek tinja untuk disebabkan oleh tiroksin, mencegah adanya valsava anemia, beri-beri, dan 2. Tidak terdapat tanda-tanda maneuver. Ciptakan lingkungan yang 2. Membantu drainase 4. Pemberian obat-obatan untuk vena untuk mengurangi mengurangi edema atau konges serebrovaskular.

Mencegah resiko 5. Pemberian terapi cairan ketidakseimbangan cairan intravena dan antisipasi kelebihan cairan karena dapat meningkatkan edema serebral. Monitor intake dan out put. Kebutuhan sehari-hari anak 1. Bantu dalam memenuhi 1. Memandikan klien terpenuhi yang ditandai kebutuhan aktivitas, makan — merupakan, salah satu dengan berat badan stabil cara memperkecil infeksi minum, atau tidak menunjukkan nosokomial.

Membersihkan mulut dan BAB,membersihkan 2. Perawatan kateter bila khas penderita DM, serta adanya tumor. Kaji adanya konstipasi, bila 3. Kolonisasi bakteri pada perlu pemakaian pelembek kulit segera dimulai setelah lahir, walaupun tinja untuk memudahkan mikroorganisme tersebut BAB.

Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan. Tidak ditemukan tanda-tanda 1. Kaji intake dan out put. Kebiasaan makan kekurangan volume cairan atau 2. Kaji tanda-tanda dehidrasi: klien akan memengaruhi dehidrasi yang ditandai dengan keadaan nutrisinya.

Makanan yang telah 2. Integritas kulit baik disediakan disesuaikan atau mata cekung dan out put dengan kebutuhan klien. Nilai elektrolit dalam batas urine. Pemberian makanan 3. Berikan cairan intra vena pada klien disesuaikan sesuai program. Pola nafas dan bersihan 1. KajiAirway, Breathing, 1.

Hipoventilasi biasanya jalan nafas efektif yang Circulasi. Bila ada atau pneumonia hindari memposisikan kepala komplikasi yang sering 2. Jalan nafas bersih ekstensi dan hati-hati dalam terjadi. Pernafasan dalam batas 2.

Menggambarkan akan mengatur posisi bila ada normal. Pastikan jalan nafas tetap evaluasi dan intervensi terbuka dan kaji adanya sekret. Berikan oksigen 4. Kaji status pernafasan dengan cara yang tepat kedalamannya, usaha dalam seperti dengan kanul bernafas.

Pemberian oksigen sesuai program. Evaluasi Setelah mendapatkan intervensi keperawatan, maka pasien dengan trauma tulang belakang diharapkan sebagai berikut : 1. Rasa nyeri berkurang 2. Pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap. Tidak ada dekubitus 4. Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan volume cairan atau dehidrasi 5. Jalan nafas efektif yang ditandai dengan tidak ada sesak atau kesukaran bernafas B. Asuhan Keperawatan Trauma Tulang Belakang 1.

Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian. Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan, kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Retensi urine, konstipasi, inkontinensia. Pola Aktivitas a. Aktivitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinal b.

Sirkulasi : berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, hipotensi, bradikardia, ekstremitas dingin atau pucat c. Eliminasi : inkontinensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltic usus hilang d. Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut, cemas, gelisah dan menarik diri e. Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltic usus hilang f.

Pola kebersihan diri : sangat tergantung dalam melakukan ADL g. Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis j. Keamanan : suhu yang naik turun. Diagnosis Keperawatan 1. Ketidakefektifanperfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan intracranial. Posisi nyaman dan nafas keperawatan selama 2 X 24 nafas dalam dalam dapat membantu 2.

Latih teknik relaksasi dan jam klien mampu mengontrol mengurangi rasa nyeri distraksi 2. Teknik relaksasi dan nyeri 3. Observasi status nyeri skala, distraksi dapat digunakan kriteria hasil : lokasi,dan waktu untuk mengalihka perhatian 4.

Mengetahui 2 Mengikuti program proses perjalanan nyeri perkembangan klien dan pengobatan yang diberikan sebagai bahan evaluasi keefektifan intervensi yang 3 Menunjukan penggunaan diberikan teknik relaksasi 4. Kaji Airway, Breathing, 1. Bila ada pneumonia komplikasi hindari memposisikan kepala yang sering terjadi.

Jalan nafas bersih 2. Menggambarkan akan ekstensi dan hati-hati dalam 3. Pernafasan dalam batas terjadinya gagal napas yang mengatur posisi bila ada normal. Pastikan jalan nafas tetap segera. Berikan oksigen dengan sekret. Bila ada sekret segera cara yang tepat seperti lakukan pengisapan lendir. Kaji status pernafasan masker,intubasi kedalamannya, usaha dalam 4. Metode yang akan dipilih bernafas.

Pemberian oksigen sesuai trauma, keadaan insufisiensi program. Pertahankan tirah baring dan 1. Menjaga kestabilan dari yang tepat dari spinal tanpa alat-alat imobilisasi seperti kolumna vertebra dan cedera medulla spinalis lanjut traksi, halo brace, kolar leher, membantu proses bantal pasir dll.

Membuat keseimbangan 2. Tinggikan bagian atas dari untuk mempertahankan kerangka traksi atau tempat posisi pasien dan tarikan tidur jika diperlukan.

Ganti posisi, gunakan alat 3. Mempertahankan posisis Bantu untuk miring dan kolumna spinalis yang menahanseperti alat pemutar, tepat sehingga dapat selimut terrgulung, bantal dsb.

Siapkan pasien untuk tindakan mengurangi resiko operasi, seperti laminektomi trauma. Operasi mungkin spinal atau fusi spinal jika dibutuhkan pada diperlukan. Kaji secara teratur fungsi 1. Berguna untuk mobilisasi bisa diminimalisasi motorik. Instruksikan pasien untuk pembedahan. Kriteria hasil : pertolongan. Gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tidak ada kontrakstur, 3.

Lakukan log rolling. Pertahankan sendi 90 derajad integritas kulit. Mengetahui adanya hipotensi ortostatik 5. Ukur tekanan darah sebelum 4. Mencegah footdrop dan sesudah log rolling. Membantu rom secara pasif 6. Inspeksi kulit setiap hari.

Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam. Inspeksi seluruh lapisan kulit 6. Mengetahui adanya 2. Lakukan perubahan posisi keperawatan diharapkan klien tanda-tanda infeksi sesuai indikasi tidak terjadi gangguan integrits dan perbaikan luka 3.

Bersihkan dan keringkan kulit 7. Mencegah terjadinya kulit selama perawatan 4. Jaga alas tidur agar tetap dekubitus Kriteria hasil : kering 8. Membantu agar kuit 5. Berikan terapi kinetic sesuai Tidak ada dekubitus tetap kering kebutuhan Kulit kering 9. Remember me on this computer. Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link. Need an account? Click here to sign up.

Download Free PPT. Download Free PDF. Cedera Kepala. Rini Widowati. A short summary of this paper. Download Download PDF. Translate PDF. Billy D. Cedera kulit Kontusio,abrasi,laserasi 2. Cedera tulang Lokasi: -Fr. Cedera saraf kranial Cedera: -N. Olfaktorius -N. Okulomotorius,trokhlearis dan abdusens -N. Trigeminus -N. Fasialis dan vestibulo auditarius -N.

Home current Explore. Words: Pages: 5. Fraktur tulang kepala dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak, namun biasanya ini bukan merupakan penyebab utama timbulnya kacacatan neurologis.

Cedera fokal merupakan akibat kerusakan setempat yang biasanya dijumpai pada kira-kira separuh dari kasus cedera kepala berat. Kelainan ini mencakup kontusi kortikal, hematom subdural, epidural dan intraserebral yang secara makroskopis tampak dengan mata telanjang sebagai suatu kerusakan yang berbatas tegas. Cedera otak difusa pada dasarnya berbeda dengan cedera vokal, dimana keadaan ini berkaitan dengan disfungsi otak yang luas serta biasanya tidak tampak secara mikroskopis.

Mengingat bahwa kerusakan yang terjadi kebanyakan melibatkan akson-akson, maka cedera ini juga dikenal dengan cedera aksional difusa. Hipoksia dan hipotensi semata akan menyebabkan perubahan-perubahan minimal, yang kemudian bersamaan dengan efek cedera mekanis memperberat gangguan-gangguan metabolisme serebral. Hipoksia dapat merupakan akibat dari kejadian aspirasi, obstyruksi jalan nafas atau cedera toraks yang terjadi bersamaan dengan trauma kepala, namun sering juga terjadi hipoksia pasca cedera kepala dengan ventilasi normal dan tanpa adanya keadaan-keadaan tersebut di atas.

Hipotensi pada penderita cedera kepala biasanya hanya sementara yaitu sesaat setelah konkusi atau merupakan tahap akhir dari kegagalan meduler yang berkaitan dengan herniasi cerebral. Edema vasogenik disebabkan oleh adanya peningkatan permeabilitas kapiler akibat sawar darah otak sehingga terjadi penimbunan cairan plasma ekstraseluler terutama di massa putih serebral. Edema iskemik merupakan penimbunan cairan intraseluler sehingga sel tersebut tidak dapat mempertahankan keseimbangan cairannya. Edema cerebral yang mencapai maksimal pada hari ke tiga pasca cedera, dapat menimbulkan suatu efek massa yang bermakna.

Di samping itu edema ini sendiri dapat juga terjadi, tanpa adanya tampilan suatu konstusi atau pendarahan intraserebral. Keadaan ini dapat terjadi akibat gangguan sekunder dari hipotensi sistemik dan hipoksia, cedera arterial atau hipertensi intracranial.



0コメント

  • 1000 / 1000